Ekstraksi steroid dari daun tapak liman dilakukan dengan cara sokletasi menggunakan n-heksana sebagai pelarut. Sokletasi dengan n-heksana dihentikan jika pelarut n-heksana jernih kembali dan diperoleh ekstrak n-heksana. Ekstrak n-heksana diperoleh kemudian diuji steroid dengan menggunakan pereaksi Lieberman Buchard. Setelah itu dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis serta kromatografi kolom dengan menggunakan eluen yang cocok.
Kromotografi Lapis Tipis
Kromotografi lapis tipis dilakukan terhadap ekstrak pekat n-heksana dan fraksi – fraksi pada kromatografi kolom dengan menggunakan plat silica 60 GF254. Eluen yang digunakan adalah n-heksana, kloroform, dan berbagai perbandingan dari n-heksana dengan etil Asetat.
Ekstrak pekat ditotalkan ditengah batas bawah dari plat dengan menggunakan pipa kapiler dan dibiarkan mengering diudara. Eluen yang telah disiapkan dimasukkan kedalam camber dan dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring. Kemudian plat dimasukkan kedalam camber, lalu camber ditutup. Setelah eluen mencapai batas atas plat , maka plat diangkat dan dibiarkan mengering. Penampakan noda menggunakan lampu ultraviolet, pereaksi Lieberman burchhard dan uap I2. Cara tersebut dilakukan berulangkali dengan menggunakan eluen yang berbeda, sehingga pada eluen tertentu diperoleh noda yang terpisah dengan baik dan selanjutnya digunakan sebagai eluen untuk kromatografi kolom.
Kromogtografi kolom
Kolom kromatografi yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dengan air sampai benar-benar bersih, kemudian dikeringkan didalam oven, setelah itu kolom kromatografi dibilas dengan n-heksana.
Sebagai penyerap (fase diam) digunakan silica gel, yang terlebih dahulu dibuat menjadi bubur dengan pelarut n-heksana. Kolom kromotografi dijepit dengan klem pada posisi vertical dank ran kolom kromotografi ditutup. Pelarut n-heksana dimasukkan sampai sepertiga kolom kromotografi. Selanjutnya kapas atau glass wol yang telah direndam dimasukkan kedalam kromotografi, lalu dipadatkan sampai gelembung udara tidak dapat masuk lagi kedalam kromotografi. Bubur silica gel yang telah dibuat dimasukkan kedalam kolom kromotografi dengan hati-hati sehingga tidak terdapat lagi gelembung udara. Pada saat bubur silica dimasukkan kran kolom kromotografi dibiarakan terbuka, setelah itu bubur silica dipadatkan dalam kolom kromotografi dengan cara melewatkan pelarut berulang kali.
Sampel yang akan dipisahkan dilakukan pre absorpsi terlebih dahulu, dengan cara melarutkannya dengan n-heksana dan ditambahkan dengan silica gel, setelah itu pelarutnya dibiarkan menguap. Sampel dimasukkan kedalam kolom kromotografi lalu dielusi dengan menggunakan fasa gerak n-heksana dan etil asetat secara elusi bergradien (step gardien polarity)
Hasil kromotografi kolom ditampung didalam botol kecil yang berisi 10 ml dan diberi nomor urut. Untuk memonitor hasil kromogtografi kolom ini dilakukan dengan kromogtografi lapis tipis dan penampakan noda dapat dilakukan dengan lampu ultraviolet, Pereaksi Lieberman Burchard serta uap I2. Dari uji kromotografi lapis tipis yang memberkan harga Rf (faktor esensi )yang sama, kemudian digabungkan menjadi satu fraksi dan pelarutnya diuapkan.
Rekristalisasi
Rekristalisasi dilakukan dengan methanol. Pada Kristal ditambahkan methanol lalu dipanaskan, sehingga kristal dan pengotornya larut. Lalu didiamkan pada suhu kamar. Setelah terbentuk kristal kembali maka kristal dan filtratnya dipisahkan. Selanjutnya Kristal dilarutkan dengan etil asetat dan dibiarkan sampai pelarutnya menguap. Sehingga akan berbentuk Kristal jarum.
Pemisahan komponen dengan kromatografi kolom menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat dengan polaritas langkah gradien (SGP), dan kemudian wasrecrystalized dalam metanol. Senyawa steroid terisolasi telah sebagai kristal jarum putih dengan titik leleh 170,1 -170,5? C. Lapisan tipis chromatograpy dengan eluen n-heksana pf, etil acta, kloroform, n-heksana: etil asetat (8:2), n-heksana: etil asetat (2:8) etil asetat, n-heksana: etil ecetate (1: 1), memberikan tempat dengan Rf: 0; 0,61, 0,35, 0,18, 057, dan 0,66. Karakteristik dari steroid terisolasi dengan spektrofotometer inframerah memberikan puncak yang penting bagi daerah (v max, cm ¹?): 3433, 2.937, 2.866, 1.651, 1.459, 382, 1.061, 970, dan 800, juga spektrofotometer ultraviolet memberikan serapan pada 204 nm . Berdasarkan karakterisasi fisik dan spektroskopi, senyawa hasil isolasi diduga merupakan senyawa sterol steroid.
Pada sebuah artikel yang saya baca, dalam mengekstraksi steroid dari daun tapak liman ini sampel yang digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu di udara terbuka selama dua Minggu serta untuk melarutkannya meggunakan n-hekksana. Saya ingin bertanya bagaimana jika sampel yang digunakan itu tidak dikeringkan terlebih dahulu ? dan apakah harus menggunakan n-heksana untuk melarutkannya, berikan alasan saudara ..
mohon dibantu ya teman ...
harus dikeringkan telebih dahulu karena kandungan air di dalam daun tersebut. tanpa dikeringkan juga bisa lansung dilarutkan tapi tentu sampel tersebut masih mengandun air sehingga akan mengurangi keefektifan kita untuk mengekstraks steroid dari dalam daun tersebut karena harus memisahkan airnya juga. Oleh karena itu dihilangkan dahulu kandungan airnya sehingga hasil yang didapat bisa lansung diproses dengan langkah selanjutnya.
BalasHapusTerimakasih tanggapannya.
HapusLalu bagaimana dengan pelarut yang digunakan, apakah bisa menggunakan pelarut selain n-heksana ?
setelah dibahas mengenai masalah ini yang saya dapatkan yaitu mengapa sampel harus dikeringkan terlebih dahulu diudara terbuka ? jawabannya adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada daun dan yang terpenting dari itu adalah dengan adanya perlakuan seperti itu untuk merusak jaringan-jaringan yang ada di daun tapak liman, dengan rusaknya jaringan sel itu dapat mempermudah proses ekstraksi.
BalasHapusdan mengapa menggunakan heksana sebagai pelarut dan apakah dapat digantikan dengan pelarut lain ? jawabannya adalah karena dengan menggunakan heksana dengan mudah dapat menyingkirkan klorofil dari daun tersebut, klorofil harus disingkirkan karena sangat mengganggu dalam proses ekstraksi.
bisa saja menggunakan pelarut lain tetapi harus bersifat non polar, dan perhatikan pula bagaimana sifat-sifat yang ada pada pelarut tersebut agar tidak merusak senyawa yang akan diekstraksi.